Murai Batu (MB) trotolan, baik itu trotolan hutan maupun trotolan dari penangkaran adalah sebutan untuk anakan Murai Batu yang masih berusia dibawah 5 bulan. Pada usia tersebut anakan Murai Batu sedang dalam masa menjelang pergantian bulu, dari bulu trotol menjadi dewasa.
Murai Batu (MB) trotolan hutan adalah anakan Murai Batu yang berasal dari tangkapan hutan yang merupakan hasil perkembang biakan alami dari indukan Murai Batu di alam liar.
Sedangkan Murai Batu (MB) trotolan dari penangkaran/peternakan adalah anakan Murai Batu yang dihasilkan dari campur tangan Manusia (Peternak) dalam menjodohkan indukannya.
Pada usia yang sama, kedua jenis trotolan Murai Batu (MB) tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karakter dan perilakunya juga sangat berbeda dan hal itu disebabkan karena faktor lingkungan dimana keduanya belajar dan berkembang.
Faktor lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental, karakter, dan perilaku dari anakan/trotolan Murai Batu (MB). Karena anakan Murai Batu akan belajar dan berkembang dari lingkungan dimana mereka tinggal.
Dari situ kita bisa mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis trotolan Murai Batu (MB) tersebut untuk membandingkan dan memilih jenis trotolan mana yang sesuai dengan selera kita untuk dipelihara.
Dan berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari Murai Batu (MB) trotolan hutan dan ternakan:
Kelebihan Murai Batu (MB) trotolan hutan:
Karena berasal dari lingkungan hutan dengan kehidupan yang keras dan perubahan cuaca/iklim yang dialaminya, serta persaingan perebutan wilayah dan sumber makanan dengan burung-burung lainnya selama berada dihabitat aslinya, membuat mental dan fisik Murai Batu (MB) trotolan hutan menjadi sangat tangguh, tidak mudah terserang penyakit dan mampu bertahan disegala kondisi.
Murai Batu (MB) trotolan hutan terlatih untuk bisa bertahan hidup dilingkungan yang keras dengan berbagai ancaman dan bahaya dari predator yang mengancam setiap saat serta persaingan dengan sesama Murai Batu lainnya. Hal itu menjadikan Murai Batu trotolan hutan lebih agresif serta memiliki karakter fighter yang kuat.
Kelebihan lain dari Murai Batu (MB) trotolan hutan atau Muda Hutan (MH) adalah pada kualitas kicauanya yang lebih alami dan bervariasi dengan isian suara hutan (suara alas) yang dipelajari dari induknya dan juga dari suara-suara lain disekitarnya ketika masih berada di alam bebas.
Hal itu membuat Murai Batu (MB) trotolan hutan memiliki suara isian alami hutan (suara alas) yang lebih bervariasi dibandingkan Murai Batu ternakan, sehingga meskipun usianya masih dibawah 5 bulan tapi kemampuan berkicaunya sudah sangat bagus.
Kekurangan Murai Batu (MB) trotolan hutan:
Karena habitat aslinya adalah hutan rimba yang jarang dilalui Manusia, Murai Batu (MB) trotolan hutan atau Muda Hutan (MH) memiliki karakter yang sangat liar dan sulit untuk dijinakkan, karena selama dihutan sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan Manusia.
Pakan alami Murai Batu (MB) trotolan hutan atau Muda Hutan (MH) dihabitat aslinya adalah serangga, ulat, cacing, dan binatang-binatang kecil lainnya. Murai Batu trotolan hutan sudah terbiasa mengkonsumsi jenis pakan alami yang tersedia melimpah dihabitat aslinya, sehingga ketika kita pelihara maka harus dilatih agar ngevoer terlebih dulu untuk mempermudah perawatan hariannya.
Selain itu, Murai Baru (MB) trotolan hutan atau Muda Hutan (MH) rentan sekali mengalami stres, karena harus berpindah tempat di lingkungan baru yang asing dan sangat berbeda dengan suasana dihabitat aslinya.
Kelebihan Murai Batu (MB) trotolan dari penangkaran:
Meskipun tidak memiliki suara kicauan dasar yang alami (suara alas), tetapi Murai Batu (MB) trotolan penangkaran lebih mudah dibentuk karena rata-rata Murai Batu trotolan dari penangkaran sudah jinak. Karena dari kecil Murai Batu tersebut sudah terbiasa berinteraksi dengan Manusia sebagai perawatnya, apalagi jika sejak menetas sudah diloloh oleh Manusia tentunya akan lebih jinak dan sudah terbiasa mengkonsumsi voer sebagai pakan utamanya (sudah ngevoer).
Murai Batu (MB) trotolan dari penangkaran juga lebih mudah dimaster dengan suara-suara masteran yang kita inginkan. Apalagi jika tujuan kita memelihara Murai Batu tersebut adalah untuk dilombakan, tentunya materi isiannya bisa kita sesuaikan dengan trend suara isian yang sesuai dengan kriteria penilain lomba burung kicau saat ini.
Kekurangan Murai Batu (MB) trotolan dari penangkaran:
Karena karakternya yang jinak, kadang Murai Batu (MB) dari penangkaran menjadi manja jika pola perawatannya tidak tepat. Selain itu, karena lingkungannya adalah lingkungan Manusia dengan berbagai macam suara yang bisa direkamnya, membuat suara kicauan Murai Batu trotolan penangkaran rawan tercampur dengan suara binatang-binatang lain seperti kucing, ayam, tokek, dan lainnya yang tidak kita inginkan. Hal ini jelas tidak baik karena akan merusak keaslian dari suara Murai Batu tersebut.
Kekurangan lainnya dari Murai Batu (MB) penangkaran adalah daya tahan tubuh dan staminanya yang tidak setangguh Murai Batu trotolan hutan. Karena pada awal-awal masa pertumbuhannya, Murai Batu dari penangkaran tidak mendapatkan nutrisi yang lengkap dari induknya, dan hanya mengandalkan menu pakan yang disediakan oleh peternak yang tentunya tidak bisa memenuhi semua kebutuhan nutrisi dari Murai Batu tersebut.
Berbeda dengan Murai Batu (MB) trotolan hutan yang dirawat induknya dan mendapatkan semua nutrisi alami yang dibutuhkan selama masa pertumbuhannya, tentu hasilnya akan jauh berbeda.
Untuk soal harga, Murai Batu (MB) trotolan penangkaran lebih mahal dari Murai Batu (MB) trotolan hutan atau Muda Hutan (MH).
Baca juga:
Ciri-ciri perbedaan Murai Batu (MB) jantan dan betina trotolan
Perbedaan Murai Batu Medan super (Lokal) dan Murai Batu import
Kunci sukses Murai Batu (MB) lapangan
Demikian sedikit informasi tentang "Murai Batu trotolan hutan vs Murai Batu trotolan penangkaran". Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel OKB yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih